Ragam Masalah Tanah Pertanian dan Solusinya
Berkembangnya teknologi telah membantu manusia dalam berbagai aktivitas, salah satunya adalah sektor pertanian.
Akan tetapi, perkembangan teknologi ini juga serta-merta membawa berbagai permasalahan pada lingkungan, contohnya pemanasan global.
Bidang pertanian juga tak luput mendapat permasalahan. Berbagai masalah ini memengaruhi produktivitas pertanian, khususnya dalam budidaya tanaman.
Masalah Tanah Pertanian
Berikut ini adalah beberapa masalah tanah pertanian yang sekarang dihadapi manusia dan perlu diselesaikan segera.
Menurunnya Produktivitas Lahan
Produktivitas yang dimaksud dalam konteks lahan ialah perbandingan luas lahan terhadap hasil produksi pertanian.
Lahan yang kecil namun dapat menghasilkan panen dalam jumlah banyak memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Lahan yang kecil belum tentu dapat menghasilkan panen yang sedikit, dan lahan luas juga belum tentu akan menghasilkan panen melimpah.
Untuk memudahkan kita dalam memahaminya, kita akan buat sebuah contoh. Misalnya :
- Lahan A : memiliki luas 200 meter persegi dan menghasilkan panen sebanyak 100 kg
- Lahan B : memiliki luas 120 meter persegi dan menghasilkan panen sebanyak 70 kg
Secara sekilas, lahan A lebih unggul baik dalam luas lahan maupun jumlah panen. Akan tetapi dalam tingkat produktivitas, lahan B lah yang lebih unggul.
Mari kita simak penjelasannya :
- Tingkat produktivitas lahan A
(100 kg)/(200 m)=0,5
- Tingkat produktivitas lahan B
(70 kg)/(120 m)=0,583
Ada berbagai faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas lahan. Beberapa yang paling berpengaruh yaitu :
- Penggunaan pupuk
- Pemeliharaan
- Pencemaran dari lingkungan
Pemberian pupuk pada lahan sejatinya dapat meningkatkan produktivitas suatu lahan. Tentu akan ada perbedaan jumlah panen antara lahan yang tidak diberi pupuk dan lahan yang dipupuk.
Namun jika terlalu banyak memberikan pupuk justru dapat menurunkan produktivitas lahan dan bahkan menyebabkan keracunan pada tanaman.
Lahan yang mendapat pemeliharaan secara berkala dan teratur cenderung lebih tinggi produktivitasnya bila dibandingkan dengan lahan yang jarang atau tidak mendapat pemeliharaan.
Pemeliharaan yang dimaksud disini seperti pengolahan tanah, penggemburan, dan penyiangan.
Kemudian pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar area lahan juga turut memengaruhi produktivitas lahan, khususnya pencemaran tanah.
Pencemaran yang dilakukan pada tanah dapat menurunkan kandungan zat hara yang terdapat di dalam tanah dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Turunnya Tingkat Kesuburan Lahan
Permasalahan tanah dalam sektor pertanian yang satu ini erat kaitannya dengan pengolahan lahan dan keadaan lingkungan sekitar.
Kesuburan lahan akan menentukan kualitas dari tanaman yang dibudidayakan. Semakin subur maka akan semakin baik.
Intensitas pengolahan tanah akan sejalan dengan tingkat kesuburan lahan. Jadi jika ingin lahan yang subur, maka lakukanlah pengolahan tanah secara rutin dan teratur.
Berbagai upaya pengolahan yang dapat dilakukan antara lain menjaga tanah agar tetap terhidrasi, pemberian pupuk khususnya yang organik, dan sebagainya.
Selanjutnya ialah keadaan lingkungan sekitar. Ini meliputi ketersediaan air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk hidup.
Menurunnya tingkat kesuburan lahan dapat terjadi karena minimnya pengolahan tanah saat budidaya dan terhalangnya penyediaan air serta unsur hara untuk tanaman.
Terjadinya Konversi Lahan Pertanian
Konversi lahan adalah pengalihan fungsi atau kegunaan lahan dari suatu penggunaan ke penggunaan lain.
Misalnya suatu lahan awalnya digunakan untuk pemukiman, tak lama kemudian lahan tersebut dijadikan pabrik dan digunakan untuk industri. Inilah salah satu contoh konversi lahan.
Seiring perkembangan zaman, konversi lahan sering terjadi. Hal ini memiliki dampak positif maupun negatif terhadap pertanian.
Dampak positifnya, jika lahan dialih fungsikan untuk budidaya tanaman maka luas lahan untuk pertanian akan bertambah banyak.
Sedangkan dampak negatifnya, apabila lahan diubah kegunaannya dari untuk pertanian menjadi pembangunan, pemukiman, dan lain-lain.
Semakin banyak lahan pertanian yang mengalami konversi untuk tujuan lain akan menjadi masalah yang serius dan mengancam ketahanan pangan.
Berkurangnya lahan pertanian juga berpotensi menimbulkan terjadinya impor bahan pangan dari luar, dan ini akan merugikan petani lokal.
Meningkatnya Luas Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis, serta dianggap berbahaya bagi fungsi hidrologis dan orologis.
Suatu lahan dapat dikatakan kritis apabila :
- Minim kandungan mineral yang dibutuhkan tanaman
- Jumlah humus yang sedikit
- Penutupan vegetasi yang tumbuh di lahan kurang dari 25 %
- Kemiringan lahan (topografi) lebih dari 15 %
- Muncul gejala erosi lembar dan parit di lahan
Penyebab lahan berubah menjadi kritis terbagi menjadi :
- Alami
Penyebab alami ini seperti degradasi lahan, kekeringan, banjir atau lahan tergenang air dalam jumlah banyak, pengikisan atau erosi tanah.
- Buatan
Umumnya terjadi karena aktivitas manusia. Contohnya pengolahan tanah yang tidak tepat, sering konversi lahan, pembakaran atau penggundulan hutan, penumpukan sampah yang sukar terurai dalam tanah, dan pemakaian bahan kimia.
Bagi sektor pertanian, lahan seperti ini akan mengganggu proses budidaya tanaman dan menurunkan hasil panen baik secara kuantitas maupun kualitas.
Jika lahan kritis ini semakin meluas, produksi pertanian akan terganggu dan pemenuhan kebutuhan bahan pangan menjadi turut terhambat.
Meningkatnya Pencemaran Tanah
Aneka pencemaran baik yang terjadi di tanah maupun yang berimbas pada tanah dapat menjadi masalah dalam melakukan aktivitas pertanian.
Salah satu pencemaran yang terjadi pada tanah adalah penggunaan pupuk yang melebihi dosis, padahal ada beberapa zat kimia dalam pupuk yang dapat merusak kualitas tanah.
Kemudian ada pembuangan limbah yang langsung dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Padahal tidak semua limbah dapat langsung terurai, khususnya limbah plastik.
Selain itu, juga ada pencemaran yang tidak terjadi pada tanah namun hasil atau imbasnya akan berdampak pada tanah. Contohnya hujan asam.
Hujan ini terjadi akibat polusi yang mencemari udara. Dampaknya terhadap tanah adalah hujan asam akan mengubah keadaan pH tanah menjadi asam dan tidak kondusif bagi tanaman untuk tumbuh.
Merosotnya Daya Dukung Lingkungan
Kondisi lingkungan akan menjadi salah satu pendukung dalam melakukan berbagai aktivitas pertanian seperti budidaya tanaman.
Oleh karena itu sebelum menanam tanaman, perhatikan terlebih dahulu keadaan lingkungan sekitar lahan, apakah kondusif atau tidaknya.
Namun perlahan daya dukung lingkungan dapat menurun. Dan biasanya ini terjadi karena akibat dari aktivitas manusia.
Sebagai contohnya adalah pembakaran lahan secara besar-besaran. Kegiatan ini dapat membunuh berbagai biota yang ada dalam tanah.
Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa biota tersebut sangat berperan dalam perombakan zat-zat organik guna menjaga kesuburan tanah.
Kemudian dampak lain dari pembakaran lahan ini adalah meningkatnya kadar karbondioksida di udara. Hal ini menjadi salah satu penyebab pemanasan global.
Pemanasan global akan meningkatkan derajat suhu sehingga tanaman akan tumbuh dengan kurang optimal pada suhu yang terlalu tinggi.
Setelah membaca berbagai permasalahan tanah pertanian di atas, selanjutnya kita akan mengulas beberapa tindakan yang dapat menjadi solusinya.
Upaya Mengatasi Masalah Tanah Pertanian
Pola Usaha Tani Konservasi
Kata konservasi memiliki makna tindakan memperbaiki suatu lahan yang telah mengalami kemunduran atau kerusakan dengan cara atau proses tertentu.
Konservasi yang dilakukan pada lahan pertanian bertujuan untuk menunjang ketersediaan air, mencegah terjadinya erosi, dan melindungi tanah dari kerusakan.
Penerapan usaha tani konservasi dianjurkan dilakukan pada lahan kering yang derajat kemiringannya cukup tinggi, sehingga akan terbentuk lahan produktif yang berkelanjutan.
Lahan kering memiliki potensi menjadi penyumbang bahan pangan terluas di dunia. Sekitar 40 % lahan pertanian yang ada di dunia adalah lahan kering.
Selain itu petani juga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman yang bisa dibudidayakan pada lahan yang kering.
Dengan diterapkannya usaha tani konservasi juga akan meningkatkan daya dukung lingkungan sehingga dapat menunjang kehidupan generasi yang akan datang.
Dalam pelaksanaanya, usaha tani konservasi ini memerlukan kesadaran dari petani untuk mengubah orientasi mereka dan perilaku pemanfaatan lahannya.
Pola Pertanian Organik
Pertanian berbasis organik adalah penerapan aktivitas pertanian (khususnya budidaya tanaman) menggunakan bahan-bahan yang sepenuhnya alami.
Pola pertanian ini memfokuskan untuk budidaya tanaman dengan mengurangi atau bahkan menghindari penggunaan bahan kimia seperti pestisida, zat pengatur tumbuh, dan sebagainya.
Salah satu kegiatan yang termasuk dalam pertanian organik adalah sistem tanam gilir, yaitu membudidayakan tanaman yang berbeda setiap periodenya.
Selanjutnya untuk menunjang penyediaan unsur hara, dapat dilakukan penanaman tanaman penambat unsur hara seperti kacang-kacangan.
Kemudian dalam pemberian pupuk, dapat memanfaatkan bahan-bahan organik seperti residu panen, sisa-sisa tanaman, kotoran hewan (pupuk kandang), dan lain-lain.
Dan untuk mengendalikan hama saat budidaya tanaman, bisa menerapkan pemikat non sintetik, pengaturan waktu tanam, dan perangkap penolak.
Dengan demikian, maka hasil pertanian dari sistem organik pun dapat terjamin keamanannya untuk dikonsumsi jangka panjang.
Pengendalian Hama Terpadu
Upaya yang satu ini merupakan metode mengendalikan hama dengan pendekatan menggunakan beragam teknik guna menekan populasi hama.
Terdapat beberapa prinsip yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengendalian hama terpadu, antara lain :
- Budidaya tanaman sehat. Maksudnya tanaman yang sehat akan lebih kuat bertahan menghadapi serangan hama dan sulit untuk dijangkiti penyakit. Selain itu juga tanaman ini lebih cepat melakukan pemulihan pasca kerusakan.
- Pemantauan. Ini ditujukan untuk mengamati keadaan tanaman dan jumlah hama yang menjadi musuh alaminya. Pemantauan harus dilakukan secara rutin karena informasi yang diperoleh akan dikumpulkan untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya.
- Pemanfaatan musuh alami. Musuh alami seperti predator yang terdapat dalam agroekosistem dapat menekan populasi hama yang mengganggu tanaman. Berkat adanya keseimbangan antara hama dengan musuh alaminya, maka populasi hama tidak akan melebihi batas toleransi.
- Petani sebagai ahli Pengendali Hama Terpadu (PHT). Keadaan ekosistem di setiap wilayah dapat berbeda masing-masingnya. Petani sendiri diharapkan dapat mengembangkan teknik PHT yang tepat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menyelenggarakan pelatihan PHT bagi petani dan masyarakat.
Kesimpulan
Berbagai masalah tanah pertanian akan berdampak negatif terhadap produktivitas dalam pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas.
Dari segi kuantitas contohnya, hasil pertanian seperti sayur dan buah-buahan akan berkurang jumlahnya sehingga menurunkan pendapatan petani.
Kemudian dari segi kualitas akan berimbas pada hasil panen seperti ukuran yang kecil, mudah busuk, dan terkontaminasi zat berbahaya.
Butuh perhatian khusus untuk mengatasi masalah tanah pertanian dan upaya mengatasinya harus dilakukan secara berkelanjutan.
Saran
Masalah tanah pertanian akan berakibat pada ketahanan pangan dan dapat mengancam kelangsungan hidup seluruh umat manusia.
Jadi, masalah ini bukan hanya menjadi tanggungan pemerintah. Sudah sepatutnya kita turut membantu mengatasi masalah ini.
Post a Comment