Review Subsistem Manajemen Agribisnis
Sistem manajemen agribisnis mempunyai beberapa subsistem yang saling berkaitan dan terintegrasi.
Masing-masing subsistem mempunyai kegiatan atau aktivitas khusus yang membedakannya satu sama lain.
Subsistem manajemen agribisnis yang diterapkan dalam usahatani dimulai sejak awal produksi hingga hilirisasi.
Subsistem Pengadaan Bahan Baku (Up-Stream Agribisnis)
Subsistem manajemen agribisnis ini merupakan kegiatan mengelola input berupa sarana produksi pertanian.
Contoh dari sarana produksi yaitu benih atau bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan pertanian.
Pada produksi di lahan, subsistem ini erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi seperti modal, lahan, dan tenaga kerja.
Bahan baku yang dibeli dan belum digunakan perlu disimpan sementara waktu dan dimanajemen persediaannya.
Terdapat beberapa poin penting dalam melakukan manajemen persediaan bahan baku yaitu :
Pembelian Bahan Baku
Ini merupakan kegiatan merencanakan jumlah bahan baku yang dibeli dan produk yang akan dibuat.
Bahan baku ini dapat dibeli secara langsung. Namun, terdapat beberapa cara lain yang bisa dilakukan antara lain :
- Kontrak Pembelian : cara ini dilakukan dengan membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain seperti petani atau distributor.
- Kerjasama : pembelian bahan baku dengan cara ini dilakukan dengan prinsip partnership.
- Pelaku usahatani dapat memilih cara untuk mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan keadaan finansial.
Penyimpanan Bahan Baku
Bahan baku dalam pertanian perlu disimpan dengan baik karena ada dua alasan penting yaitu :
Mayoritas komoditi pertanian bersifat perishable sehingga cepat mengalami busuk dan kerusakan sehingga berisiko bila disimpan jangka lama.
Sebagian besar bahan baku pertanian memiliki nilai kecil dengan volume besar sehingga menyebabkan naiknya biaya penyimpanan karena butuh ruang yang luas.
Berdasarkan alasan tersebut, teknik yang tepat untuk menyimpan bahan baku pertanian adalah teknik First In First Out (FIFO).
Teknik ini menghendaki bahan baku yang lebih awal dibeli untuk digunakan terlebih dahulu.
Dengan teknik ini maka risiko kerusakan bahan baku karena terlalu lama disimpan dapat diminimalisir.
Orang yang bertanggung jawab dalam penyimpanan perlu mengetahui daya simpan atas setiap bahan baku pertanian yang dibeli.
Pengelolaan Persediaan
Mengelola persediaan bahan baku yang disimpan dapat menunjang produksi pertanian secara berkelanjutan.
Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan produksi terdapat risiko keterlambatan datangnya bahan baku.
Selain itu, dengan mengelola persediaan juga dapat memaksimalkan penggunaan peralatan dan mesin produksi.
Dengan demikian, maka kuantitas produk yang dihasilkan dapat mencapai titik optimum.
Dalam pengelolaan persediaan terdapat beberapa pengelompokkan persediaan berdasarkan jenis barang antara lain :
- Bahan Baku : barang berwujud seperti benih atau bibit pada subsistem hulu dan beras atau gandum pada agroindustri.
- Bahan Penolong : barang yang dapat membantu atau melengkapi proses produksi pertanian. Contohnya pupuk dan pestisida dalam budidaya.
- Komponen Rakitan : merupakan komponen yang didapat dari pihak lain yang bisa dirakit menjadi suatu barang seperti kardus.
- Barang Setengah Jadi : disebut juga barang dalam proses karena merupakan output dari setiap bagian proses produksi yang perlu diproses lebih lanjut agar berubah menjadi barang jadi.
- Barang Jadi : barang yang telah melalui serangkaian proses produksi dan siap untuk dipasarkan.
Untuk mengelola berbagai persediaan tersebut, terdapat beberapa biaya yang harus dikeluarkan yaitu :
- Biaya Pemesanan : biaya yang besarannya berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan dan bersifat variabel.
- Biaya Simpan : biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan dalam jangka waktu tertentu dan juga bersifat variabel.
Subsistem Budidaya Atau Produksi (On-Farm Agribisnis)
Subsistem on-farm memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas produksi agribisnis atau budidaya.
Di dalam subsistem ini terdapat serangkaian prosedur kegiatan untuk menciptakan produk baik barang atau jasa.
Untuk menghasilkan produk tersebut, maka dalam on-farm agribisnis perlu mengorbankan input atau faktor produksi.
Pada subsistem ini juga dapat ditemukan penerapan berbagai fungsi-fungsi manajemen antara lain :
Perencanaan
Fungsi ini umumnya dilakukan sebelum berlangsungnya kegiatan produksi atau budidaya.
Disini akan ada penganggaran kebutuhan berbagai faktor produksi seperti alat atau mesin, tenaga kerja, lahan, dan benih atau bibit.
Dengan adanya perencanaan ini maka modal yang dimiliki untuk melakukan usahatani dapat dialokasikan secara efektif dan efisien.
Pengorganisasian
Fungsi ini dilakukan dengan membuat beberapa kelompok kerja untuk bertanggung jawab mengerjakan bagian tertentu dalam proses produksi.
Contohnya usahatani agrowisata petik stroberi. Kelompok kerja yang dapat dibentuk antara lain pembibitan, pembuatan media tanam, dan pemeliharaan.
Dalam membentuk kelompok kerja ini perlu dipertimbangkan bidang keahlian dan kompetensi masing-masing tenaga kerja.
Pengarahan
Setelah pembentukan kelompok kerja, fungsi selanjutnya yang dilakukan adalah pengarahan.
Fungsi ini tidak hanya mengarahkan tenaga kerja untuk menyelesaikan tugasnya, tapi juga mengusahakan agar proses produksi mencapai efisien.
Pengarahan dalam usahatani dapat dilakukan oleh manajer, mandor, dan lain sebagainya.
Pengawasan
Dalam pelaksanaannya, aktivitas produksi pertanian atau budidaya dapat mengalami berbagai penyimpangan.
Oleh karenanya fungsi pengawasan perlu diterapkan dalam subsistem manajemen on-farm agribisnis.
Contohnya pada budidaya tanaman buah. Mulai dari pembibitan, pemupukan, pemeliharaan, hingga panen dapat diawasi.
Penyimpangan yang ditemukan saat pengawasan perlu diperbaiki agar tidak terulang di kemudian hari.
Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri)
Subsistem ini berkaitan dengan aktivitas mengubah output dari subsistem on-farm menjadi produk sekunder.
Mengolah hasil pertanian dapat meningkatkan kualitas produk dan memberikan nilai tambah sehingga pendapatan bertambah.
Disebut juga dengan agroindustri karena sama-sama memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku.
Pengolahan hasil pertanian terjadi melalui proses produksi yang dikenal dengan transformasi atau konversi.
Proses produksi dalam mengolah hasil pertanian terdiri dari beberapa jenis antara lain :
- Penguraian : membuat berbagai macam produk dari satu jenis hasil pertanian. Contohnya kentang yang diproses menjadi donat kentang, kentang goreng, dan perkedel.
- Peramuan : membuat sebuah produk dari beberapa jenis hasil pertanian. Contohnya salad yang dibuat dari campuran sayuran seperti wortel, selada, tomat, dan lain-lain.
- Ekstraktif : memindahkan hasil pertanian dari lingkungan alamnya seperti pohon jati yang ditebang lalu dijadikan balok kayu.
- Fabrikasi : mengubah wujud atau bentuk dari hasil pertanian untuk memudahkan pemasaran. Misalnya ikan sarden yang menjadi ikan kalengan.
Sama halnya dengan subsistem on-farm, pada subsistem ini juga terdapat fungsi-fungsi manajemen yaitu :
Perencanaan
Terdapat beberapa hal penting yang termasuk dalam pokok perencanaan pengolahan hasil pertanian.
- Lokasi : meliputi kemudahan dalam memperoleh bahan baku, perekrutan tenaga kerja, lokasi pemasaran, dan insentif khusus pada daerah tertentu.
- Ukuran : meliputi skala produksi yang ekonomis, pola produksi, jumlah shift kerja, jumlah output yang dibutuhkan, dan dampak inflasi.
- Layout atau tata letak : meliputi prosedur standard operasi yang diterapkan, perubahan jenis mutu, dan peramalan permintaan di masa depan.
Pengorganisasian
Pengolahan hasil pertanian harus melalui berbagai proses, oleh karenanya perlu mengorganisasikan kelompok kerja.
Contoh sederhananya pada pengolahan buah pisang menjadi produk pisang keju. Terdapat kegiatan pengupasan, penggorengan, hingga pengemasan.
Tiap-tiap kegiatan tersebut akan dilakukan oleh kelompok-kelompok kerja yang telah dibuat sesuai dengan kompetensi dan keahlian tenaga kerja.
Pengarahan
Pengarahan dalam mengolah hasil pertanian ditujukan agar proses-proses produksi mampu mencapai target.
Efektifitas produksi juga dapat dicapai dengan menerapkan fungsi pengarahan dalam aktivitas agroindustri.
Pengkoordinasian
Tiap-tiap bagian proses produksi biasanya memiliki waktu pengerjaan yang tidak sama.
Perbedaan itu membuat kegiatan pengolahan hasil pertanian rawan mengalami gangguan dan ketidakselarasan.
Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan koordinasi pemberian instruksi sebelum proses produksi dijalankan.
Pengawasan
Untuk memastikan pengolahan hasil pertanian dilaksanakan secara terorganisir, terarah, dan terkoordinasi perlu diawasi.
Pengawasan terhadap serangkaian kegiatan dalam proses produksi dapat mengantisipasi terjadinya penyimpangan.
Lokasi produksi dan tata letaknya serta biaya-biaya operasi juga perlu dilakukan pengawasan.
Subsistem Pemasaran Agribisnis
Dalam konteks agribisnis, pasar merupakan tempat terjadinya transaksi antara permintaan dan penawaran produk pertanian.
Selain itu, pada pasar agribisnis juga terjadi kesepakatan dan pemindahan kepemilikan dari produk pertanian.
Kegiatan pemasaran agribisnis ialah proses aliran komoditas yang disertai dengan penciptaan guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu oleh lembaga terkait.
Dalam pemasaran agribisnis terdapat beberapa bauran strategi pemasaran antara lain :
- Product : strategi memengaruhi konsumen dengan membuat produk sedemikian rupa guna menarik perhatian konsumen. Misalnya mempercantik kemasan produk dengan aneka warna atau bentuk yang unik.
- Price : strategi menarik konsumen dengan memasang harga rendah pada produk atau memberi potongan harga. Misalnya diskon harga beberapa persen untuk suatu produk.
- Place : strategi menarik konsumen dengan menempatkan produk pada tempat yang dapat dijangkau konsumen setiap saat sehingga kebutuhan dan permintaannya senantiasa dapat dipenuhi.
- Promotion : strategi memengaruhi konsumen dengan memperkenalkan produk sehingga calon konsumen menjadi tahu dan dapat mengingatnya sewaktu-waktu.
Lembaga Dan Saluran Pemasaran
Individu atau organisasi usaha yang menyalurkan produk pertanian dari produsen kepada konsumen akhir disebut dengan lembaga pemasaran.
Satu lembaga pemasaran umumnya memiliki hubungan dengan lembaga pemasaran yang lain.
Munculnya lembaga pemasaran disebabkan adanya keinginan konsumen memperoleh produk pertanian yang sesuai bentuk, tempat, dan waktu yang diinginkan.
Apabila keinginan tersebut terpenuhi, maka konsumen akan memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa margin pemasaran.
Untuk memperlancar hal tersebut, lembaga pemasaran perlu menerapkan saluran distribusi yang tepat.
Secara umum saluran distribusi terbagi menjadi dua yaitu :
- Saluran distribusi langsung : penyaluran komoditas pertanian dari produsen ke konsumen yang dilakukan tanpa perantara. Contohnya menjual “door to door:.
- Saluran distribusi tidak langsung : penyaluran jasa atau barang pertanian dari produsen ke konsumen yang dilakukan menggunakan perantara.
Subsistem Jasa Pendukung
Subsistem ini berperan dalam menunjang pelaksanaan subsistem lain dalam manajemen agribisnis.
Terdapat beragam bentuk jasa pendukung dalam subsistem manajemen agribisnis yaitu sebagai berikut.
Bank Dan Koperasi (Financial Industry)
Bank adalah suatu lembaga yang menghimpun dana dari unit surplus dan mengalirkannya kepada unit yang mengalami defisit.
Sederhananya, Bank mengumpulkan uang dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan.
Bank dapat menghimpun dana melalui program seperti tabungan, deposito, rekening koran, dan sebagainya.
Kemudian untuk menyalurkan dana, Bank dapat melakukan pemberian kredit atau pinjaman berjangka.
Melalui pemberian kredit, petani dan pelaku usahatani dapat meningkatkan produktivitas dan memperluas usaha.
Selanjutnya ada koperasi pertanian. Perannya sama dengan Bank namun berfokus pada usahatani yang berada di pedesaan.
Adapun anggota koperasi pertanian ini adalah petani, peternak, nelayan, dan pelaku usahatani lainnya.
Koperasi pertanian dapat menghindarkan pelaku usahatani dari sistem agribisnis yang merugikan. Beberapa caranya antara lain :
- Menyediakan barang konsumsi yang dibutuhkan anggotanya seperti benih atau bibit dan alat-alat pertanian
- Memberikan kredit bagi anggota untuk meningkatkan usaha
- Mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi
Sarana Dan Prasarana
Infrastruktur dapat menunjang kegiatan operasional manajemen agribisnis secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya pembangunan jalan dan jembatan, dapat memudahkan distribusi produk pertanian.
Contoh lainnya ada irigasi dan mesin-mesin pertanian, yang bisa mengoptimalkan produksi.
Selain itu, juga terdapat pengembangan kawasan agroindustri yang dapat membantu pelaku usahatani melakukan ekspansi usahanya.
Sumber Daya Alam Dan Manusia
Sumber daya alam berperan menghasilkan sarana produksi pertanian primer yang menunjang subsistem pengadaan bahan baku.
Contohnya tanah yang sering dijadikan media tanam untuk penyemaian benih atau budidaya tanaman.
Kemudian sumber daya manusia menunjang seluruh kegiatan dari tiap-tiap subsistem manajemen agribisnis.
Sumber daya manusia berperan dalam menciptakan produk pertanian baik berupa barang maupun jasa.
Tiap-tiap sumber daya manusia yang digunakan dalam manajemen agribisnis harus ditempatkan sesuai dengan keahliannya.
Penelitian Dan Pengembangan
Subsistem manajemen agribisnis dapat dijalankan secara efektif dan efisien berkat adanya riset dan pengembangan.
Misalnya teknik kultur jaringan dan pengendalian hama serta penyakit dalam budidaya tanaman atau on-farm agribisnis.
Kemudian pada subsistem agroindustri ada teknologi rekayasa pangan untuk mengolah hasil pertanian.
Disamping itu penelitian tentang pasar seperti permintaan dan penawaran, perilaku konsumen dan sebagainya dapat membantu subsistem pemasaran.
Hasil riset dan pengembangan tersebut berasal dari berbagai lembaga penelitian seperti perguruan tinggi.
Perguruan tinggi melakukan riset dan pengembangan melalui kegiatan seperti praktik lapang, skripsi, tesis, dan disertasi.
Layanan Informasi Agribisnis
Setiap subsistem manajemen agribisnis mulai dari hulu sampai hilir memerlukan informasi agribisnis.
Petani atau pelaku usahatani perlu membuat sistem informasi manajemen agribisnis untuk menunjang aktivitas pertanian.
Sistem informasi ini diharapkan mampu memudahkan pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan operasional subsistem agribisnis.
Penyuluh Pertanian Dan Konsultan
Penyuluh pertanian berperan dalam membantu petani agar dapat beradaptasi terhadap perubahan yang dapat memengaruhi aktivitas agribisnis.
Perubahan lingkungan seperti globalisasi membuat petani harus meningkatkan kemampuannya serta daya saing produk yang dimilikinya.
Untuk mencapai hal tersebut, konsultan dan penyuluh pertanian dapat memberi pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kepada petani.
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah berperan dalam membentuk lingkungan agribisnis yang kondusif melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya.
Kebijakan pemerintah terbagi menjadi dua yaitu kebijakan moneter yang berkaitan dengan suku bunga dan kebijakan fiskal yang berkaitan dengan pajak.
Contoh kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap agribisnis antara lain harga komoditas pertanian, inflasi, ekspor, dan impor.
Kesimpulan
Manajemen agribisnis memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi satu sama lain yang terdiri atas :
- Subsistem pengadaan bahan baku (up-stream agribisnis)
- Budidaya (on-farm agribisnis)
- Subsistem pengolahan hasil pertanian (agroindustri)
- Subsistem pemasaran
- Subsistem jasa pendukung
Subsistem pengolahan hasil pertanian dan subsistem pemasaran disebut juga dengan down-stream agribisnis.
Pada umumnya subsistem manajemen agribisnis di setiap subsektor agribisnis tidak jauh berbeda.
Saran
Penting bagi manajer agribisnis untuk menempatkan sumber daya manusia yang tepat dalam setiap subsistem agribisnis.
Disamping itu, manajer agribisnis perlu memanfaatkan jasa pendukung dengan sebaik mungkin untuk menunjang aktivitas usahanya.
Pemerintah selaku pembuat kebijakan perlu membuat kebijakan yang pro terhadap petani dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan.
Post a Comment